Tanggal 15 Oktober 2025 adalah agenda keberangkatan umroh. Ada misi besar yang ingin dikerjakan selain ibadah itu sendiri. Ini cerita spiritual yang membuat hati selalu tergetar. Perjalanan Umroh Wajib telah diselesaikannya dengan baik. Tinggal niatan setiap pribadi untuk apa dan seperti apa waktu yang ada dimanfa'atkan. 

Kembali fungsi diri sebagai pribadi, maka waktu yang ada ingin dimaksimalkan untuk peningkatan kuantitas dan kualitas ibadah.

Sebelum shubuh kami meninggalkan hotel menuju Kabah. Setelah beberapa putaran sampai pada satu titik untuk dapat sholat shubuh berjamaah.

Rutinitas berjalan hingga akhirnya saya bergabung dengan rombongan thowaf.

Saya ikuti salah satu rombongan hingga pada putaran ke lima saya terdesak ke bagian tengah hingga tepat di Makom Ibrahim. 

Rombongan yang pernah kuikuti sudah jauh entah kemana, namun aku kembali terseret ke sisi hingga alkhirnya ke sisi Hijir Ismail. Ada gagasan ingin masuk untuk shalat namun tidak bisa hingga terus melaqngkah ke diding ka'bah.



Saya menyadari bahwa dui depan sana ada Hajar Ashwad. Dalam hati berguman, Ya Allah tidak ada maksud seperti ini karena saya tahu padatnya Ummat Muhammad SAW untuk menciumnya, namu jika ini tuntunan Mu maka baiklah namun bantu aku.

Demikianlah do'a itu selalu kuucapkan ket8ika ada hempasan manusia yang membuat saya terseok kadang ke belakang kadang ke depan.

Satu hal rasa aneh tapi nyata yang dirasakan yaitu ketika ada dorongan manusia yang semakin kuat bahkan menggila, maka setelah do'a diatas diucapkan seakan ada tangan-tangan kekar yang melindungi sekitar area ku. Semakin merangsek dorongan manusia semakin nyaman untuk ku karena seperti ada pelindung yang menjaga jarak aman untuk ku.

Aku bagaikan salah satu benda terapung yang terdorong oleh gelombang arus manusia untuk di bawa ke muara tujuan yaitu sampai pada Hajar Ashwad. Begitu Hajar Ashwad tepat di depan ku dengan damai ku cium Hajar Ashwad tanpa seorang manusia pun yang mengganggu waktu ku.

Tidak ada yang berupaya menarik lenganku atau kepalaku, seakan semua membiarkan ku dengan leluasa.

Namun kesadaran memuncak bahwa ribuan Ummat Nabi Muhammad SAW menginginkan hal yang sama maka segera aku menarik diri dan meninggalkan Hajar Ashwad.

Sesampainya aku menepi, baru sadar begitu hiruk pikuknya rebutan untuk mencium Hajar Ashad.

Alhamdulillah, semoga menjadi Isyaroh sukses dunia akhirat untuk semua Team PT. FITOUR RIHLAH UTAMA.